5 Start - Up dengan Nilai Valuasi yang Melimpah, Salah Satunya Punya Anak Bangsa
Perusahaan rintisan atau start-up terus menjadi fenomena kesuksesan perusahaan start-up tentu tidak luput dari derasnya gelontoran dana fantastis dari modal ventura
Sebuah perusahaan financial global Pickabook merilis tiga puluh perusahaan start-up dengan dukungan dana ventura paling banyak, paling berharga di dunia, menariknya Indonesia melalui Gojek menyumbangkan satu perusahaan yang masuk menjadi salah satunya.
Lantas siapa lagi perusahaan paling bernilai di muka bumi ini??
Kita lihat bagaimana start-up belakangan menjadi salah satu yang menarik, selintas sobat bisa menyebutkan nama start-up tersebut
Lebih jelasnya kita lansung saja membahas pada posisi pertama, Siapa berada pada posisi pertama sebagai perusahaan start-up paling berharga di dunia, mungkin dulu sobat adalah mantan penggunanya...
Bukan mantan kekasih, tapi mantan penggunanya..
Uber
Uber menjadi perusahaan no satu sebagai start-up paling berharga di dunia dengan nilai valuasi mencapai US$ 69,6 M bila kita konversi ke rupiah sekitar Rp 985 T, nilai yang sangat besar sekali
Ini menjadi fenomena karena ternyata Uber menjadi sebuah perusahaan yang berhasil di Amerika Sarikat hingga saat ini, yang diketahui awalnya merupakan sebuah aplikasi yang bisa memobilisasi orang dari satu tempat ke tempat lain
Tapi yang menarik tanpaknya bagaimana Uber kemudian mendapatkan penggalangan dana pertama dari investor dan kemudian berlanjut bahwa ada nama nama besar seperti Soft Bank yang masuk menjadi salah satu share holder terbesar di uber dan baru baru ini bila kita ingat, Uber baru saja melepas bisnisnya di Asia Tenggara karena merasa tidak mampu berkompetisi dan menjual unit bisnisnya dengan tetap memiliki 26 % kepemilikannya di Grab.
Jadi bagaimana Grab membeli Uber dan tetap memiliki sekitar 26% sahamnya, ini berarti Uber ingin fokus ke titik-titik dimana dia kuat
Ini sebuah pelajar buat kita "jadi kalau kita berbisnis, kita harus tau dulu kita kuatnya dimana, jangan di hajar saja tapi tidak ada keuntungan"
Sebagai informasi Soft Bank juga merupakan investor bagi Grab, ternyata ada Soft Bank diantara Grab dan Uber, salah satu juga yang disebut para analisys di pasar, bagaimana Uber dan Grab bisa bersatu menjadi sebuah perusahaan anfiliasi di Asia Tenggara, ada Soft Bank di belakangnya.
Didi Chuxing
Mungkin bagi sobat yang pernah mengunjungi Beijing pasti tau dengan Didi Chuxing, Didi Chuxing ini adalah salah satu perusahaan yang mirip dengan Uber yang termasuk perusahaan ride sharing
Nilainya mencapai US$ 56 M atau setara Rp 793 T, kalau sobat tau sebelumnya Didi Chuxing ini didirikan pada sekitar tahun 2012, dalam tiga besar ini termasuk perusahaan yang paling baru di dirikan dan berpusat di beijing.
Bila kita lihat Dedi Chuxing ini sendiri pada awalnya, arti dalam bahasa mandarin itu adalah "Teman Berpergian" tapi kemudian Didi Chuxing ini menarik..
Bagaimana dia bisa memiliki sekitar 450 juta user di Tiongkok, namun tidak heran karena Tiongkok memiliki 1,3 Miliyar penduduk.
Jadi 450 juta pengguna itu dibandingkan dari 1,3 Miliyar saja, mereka sudah jadi raja di Tiongkok dan sobat tahu siapa investor di belakangnya.
Dua raksasa teknologi di Tiongkok yaitu Tencent Technology dan juga Alibaba.
Ini menarik, fenomena perusahaan Tiongkok itu disebutkan dulu sebagai negara tertutup tapi mereka kini pelan pelan-pelan membuka diri, tapi mereka tidak bisa melepas bahwa dukungan pasar yang besar.
Kemudian perusahaan-perusahaan yang bisa membuat seluruh perusahaan tersebut menjadi profit dengan mendukung perusahaan yang didirikan oleh anak bangsa sendiri, ini filosopi yang luar biasa.
Perusahaan - perusahaan besar di tiongkok mereka berkompetisi, sobat tahu Tencent dan Alibaba merupakan dua perusahaan yang berkompetisi ketat, tapi di Didi Chuxing bisa bersatu dan saling mendukung menjadi salah satu perusahaan ride sharing terbesar di Tiongkok dan saat ini tercatat sebagai perusahaan start-up paling bernilai no dua di dunia.
AirBNB
Kita lihat bagaimana AirBNB berada pada posisi ketiga dengan nilai valuasi US$ 31 M atau sekitar Rp 439 T, AirBNB merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan sharing economy juga, yang bisa membuat sobat memesan sesuatu tidak dalam kontek hotel yang sangat konvensial, tapi rumah.
Bisa saling menguntungkan jadi bisa di pesan, merasakan rumah ketika sobat harus menikmati, sobat juga bisa memiliki villa, mendaftar villa dan masuk menjadi bagian dari sesuatu yang di sediakan oleh AirBNB
Grab
Grab berada pada posisi ke 22 sebagai perusahaan start-up dengan valuasi US$ 6 M atau mencapai sekitar Rp 84 T dan kita tahu bagaimana ketika Uber untuk Asia Tenggara di akusisi oleh Grab sehingga menguasai ride sharing. Aksi korporasi bersama uber tampaknya akan menjadi raja di Asia Tenggara, Mesipun beberapa negara tengah mempelajari
Berbeda dengan Indonesia, Indonesia kita tidak hanya memiliki Grab, karena kita juga punya Gojek.
Tapi seperti misalnya di Vietnam, Singapura, Malaysia mereka automatis menjadi penguasa pasar karena one and only adalah Grab.
Jika di kalkulasikan ini bisa akan menambah lagi nilai valuasinya, ada Soft Bank di belakang Grab dan ini akan berkompetisi sangat ketat dengan karya anak bangsa.
Go-Jek
Gojek merupakan besutan Nadiem anwar makarim, meski kini sudah banyak sekali investor-investor yang juga menggelontorkan dana mereka, ada google, Temasek dan lain sebagainya
Gojek tampaknya menjadi gadis cantik yang mendaptkan banyak mimpi dari para investor
Nilai valuasi yang dimiliki Gojek US$ 5 M atau Rp 70 T dan hanya beda sedikit, sekitar US$ 1 M dengan kompetitornya Grab
Gojek sendiri memang belum melakukan ekpansi, meski sudah ada beberapa informasi bahwa tahun ini Gojek akan melakukan ekpansi ke beberapa negara di luar Indonesia
Tidak hanya itu, Gojek juga berhembus kabar akan segera melakukan IPO untuk mendaftarkan sahamnya di salah satu bursa, namun belum dapat kepastian dimana.
Menarik adalah dari 5 perusahaan di atas, Uber, Didi Chuxing, AirBNB, Grab, Gojek kita bisa belajar banyak sekali yang menarik.
Pertama ke 5 perusahaan itu adakah perusahaan yang memiliki aset fisik seperti perusahaan konvensional ??? None, Tidak ada..
Mereka tidak memiliki kendaraan, mereka tidak memiliki lahan parkir, mereka tidak memiliki hal-hal yang perusahaan konvensional harus buat di neraca laporan keuangan mereka.
Kedua mereka adalah fenomena sharing economy jadi memaksimalkan dengan menyediakan aplikasi sebagai bisnis yang bermanfaat, tidak hanya bagi pengguna tapi juga bagi pemilik aset.
Ini menjadi fenomena karena ternyata Uber menjadi sebuah perusahaan yang berhasil di Amerika Sarikat hingga saat ini, yang diketahui awalnya merupakan sebuah aplikasi yang bisa memobilisasi orang dari satu tempat ke tempat lain
Tapi yang menarik tanpaknya bagaimana Uber kemudian mendapatkan penggalangan dana pertama dari investor dan kemudian berlanjut bahwa ada nama nama besar seperti Soft Bank yang masuk menjadi salah satu share holder terbesar di uber dan baru baru ini bila kita ingat, Uber baru saja melepas bisnisnya di Asia Tenggara karena merasa tidak mampu berkompetisi dan menjual unit bisnisnya dengan tetap memiliki 26 % kepemilikannya di Grab.
Jadi bagaimana Grab membeli Uber dan tetap memiliki sekitar 26% sahamnya, ini berarti Uber ingin fokus ke titik-titik dimana dia kuat
Ini sebuah pelajar buat kita "jadi kalau kita berbisnis, kita harus tau dulu kita kuatnya dimana, jangan di hajar saja tapi tidak ada keuntungan"
Sebagai informasi Soft Bank juga merupakan investor bagi Grab, ternyata ada Soft Bank diantara Grab dan Uber, salah satu juga yang disebut para analisys di pasar, bagaimana Uber dan Grab bisa bersatu menjadi sebuah perusahaan anfiliasi di Asia Tenggara, ada Soft Bank di belakangnya.
Didi Chuxing
Mungkin bagi sobat yang pernah mengunjungi Beijing pasti tau dengan Didi Chuxing, Didi Chuxing ini adalah salah satu perusahaan yang mirip dengan Uber yang termasuk perusahaan ride sharing
Nilainya mencapai US$ 56 M atau setara Rp 793 T, kalau sobat tau sebelumnya Didi Chuxing ini didirikan pada sekitar tahun 2012, dalam tiga besar ini termasuk perusahaan yang paling baru di dirikan dan berpusat di beijing.
Bila kita lihat Dedi Chuxing ini sendiri pada awalnya, arti dalam bahasa mandarin itu adalah "Teman Berpergian" tapi kemudian Didi Chuxing ini menarik..
Bagaimana dia bisa memiliki sekitar 450 juta user di Tiongkok, namun tidak heran karena Tiongkok memiliki 1,3 Miliyar penduduk.
Jadi 450 juta pengguna itu dibandingkan dari 1,3 Miliyar saja, mereka sudah jadi raja di Tiongkok dan sobat tahu siapa investor di belakangnya.
Dua raksasa teknologi di Tiongkok yaitu Tencent Technology dan juga Alibaba.
Ini menarik, fenomena perusahaan Tiongkok itu disebutkan dulu sebagai negara tertutup tapi mereka kini pelan pelan-pelan membuka diri, tapi mereka tidak bisa melepas bahwa dukungan pasar yang besar.
Kemudian perusahaan-perusahaan yang bisa membuat seluruh perusahaan tersebut menjadi profit dengan mendukung perusahaan yang didirikan oleh anak bangsa sendiri, ini filosopi yang luar biasa.
Perusahaan - perusahaan besar di tiongkok mereka berkompetisi, sobat tahu Tencent dan Alibaba merupakan dua perusahaan yang berkompetisi ketat, tapi di Didi Chuxing bisa bersatu dan saling mendukung menjadi salah satu perusahaan ride sharing terbesar di Tiongkok dan saat ini tercatat sebagai perusahaan start-up paling bernilai no dua di dunia.
AirBNB
Kita lihat bagaimana AirBNB berada pada posisi ketiga dengan nilai valuasi US$ 31 M atau sekitar Rp 439 T, AirBNB merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan sharing economy juga, yang bisa membuat sobat memesan sesuatu tidak dalam kontek hotel yang sangat konvensial, tapi rumah.
Bisa saling menguntungkan jadi bisa di pesan, merasakan rumah ketika sobat harus menikmati, sobat juga bisa memiliki villa, mendaftar villa dan masuk menjadi bagian dari sesuatu yang di sediakan oleh AirBNB
Grab
Grab berada pada posisi ke 22 sebagai perusahaan start-up dengan valuasi US$ 6 M atau mencapai sekitar Rp 84 T dan kita tahu bagaimana ketika Uber untuk Asia Tenggara di akusisi oleh Grab sehingga menguasai ride sharing. Aksi korporasi bersama uber tampaknya akan menjadi raja di Asia Tenggara, Mesipun beberapa negara tengah mempelajari
Berbeda dengan Indonesia, Indonesia kita tidak hanya memiliki Grab, karena kita juga punya Gojek.
Tapi seperti misalnya di Vietnam, Singapura, Malaysia mereka automatis menjadi penguasa pasar karena one and only adalah Grab.
Jika di kalkulasikan ini bisa akan menambah lagi nilai valuasinya, ada Soft Bank di belakang Grab dan ini akan berkompetisi sangat ketat dengan karya anak bangsa.
Go-Jek
Gojek merupakan besutan Nadiem anwar makarim, meski kini sudah banyak sekali investor-investor yang juga menggelontorkan dana mereka, ada google, Temasek dan lain sebagainya
Gojek tampaknya menjadi gadis cantik yang mendaptkan banyak mimpi dari para investor
Nilai valuasi yang dimiliki Gojek US$ 5 M atau Rp 70 T dan hanya beda sedikit, sekitar US$ 1 M dengan kompetitornya Grab
Gojek sendiri memang belum melakukan ekpansi, meski sudah ada beberapa informasi bahwa tahun ini Gojek akan melakukan ekpansi ke beberapa negara di luar Indonesia
Tidak hanya itu, Gojek juga berhembus kabar akan segera melakukan IPO untuk mendaftarkan sahamnya di salah satu bursa, namun belum dapat kepastian dimana.
Menarik adalah dari 5 perusahaan di atas, Uber, Didi Chuxing, AirBNB, Grab, Gojek kita bisa belajar banyak sekali yang menarik.
Pertama ke 5 perusahaan itu adakah perusahaan yang memiliki aset fisik seperti perusahaan konvensional ??? None, Tidak ada..
Mereka tidak memiliki kendaraan, mereka tidak memiliki lahan parkir, mereka tidak memiliki hal-hal yang perusahaan konvensional harus buat di neraca laporan keuangan mereka.
Kedua mereka adalah fenomena sharing economy jadi memaksimalkan dengan menyediakan aplikasi sebagai bisnis yang bermanfaat, tidak hanya bagi pengguna tapi juga bagi pemilik aset.
Mari Diskusi